SAHABAT – SAHABAT KECIL & POHON IMPIAN
Karya : PayungKertasLipat


Seperti biasa, sore ini aku mendatangi sebuah Yayasan Peduli Anak penyandang Kanker di salah satu sudut kota Yogyakarta. Sudah 3 bulan belakangan ini, Setiap hari Minggu sore aku selalu menyempatkan waktu untuk datang ke Yayasan tersebut. Di sela-sela rutinitasku di Kampus, aku merasa sangat bahagia sekali bisa meluangkan sedikit waktuku setidaknya untuk melihat senyum dan tawa Anak – anak hebat di yayasan tersebut.

Sore ini aku datang lebih awal daripada biasanya, tepat pukul 14.00 WIB aku sudah sampai diparkiran Yayasan. Setelah aku memarkirkan Motor Honda Scoopy milikku, aku langsung bergegas  menuju halaman yayasan tempat bermain anak-anak di yayasan tersebut. Terlihat sepasang Anak laki -laki berumur 10-11 tahun sedang bermain ayunan dibawah pohon Ketapang. Seorang Anak berperawakan kurus, kulit sawo matang duduk di ayunan.  Sedangkan seorang anak lainnya yang bertubuh lebih gempal berdiri dibelakangnya, dan membantu mengayuh ayunan tersebut.

Saat melihat kedatanganku, Aldy Si Anak bertubuh Kurus langsung bergegas bangun dari posisi duduknya dan berlari kearahku. Dan langsung memelukku.

“ Kak Bay....., Ayok kita main Tebak Kata lagi kak!!” ajak Aldy dengan Penuh semangat.

“Yakin mau  main itu lagi?? Kemarin kamu kalah terus looh :P hahahaha” ejek ku pada Aldy.

“Engga dong....  aku udah jago sekarang mainnya kak ^,^”  jawab Aldy dengan penuh semangat.  
                                      
Melihat perbincangan yang sangat seru antara aku dengan Aldy, Doni, –sii anak gendut yang bermain ayunan bersama Aldy–  hanya terdiam berdiri melihat kearah kami berdua. Dari pandangan matanya, Aku bisa membaca kalau dia sebenarnya ingin bergabung berbincang bersama kami, namun nampaknya dia masih malu-malu denganku. Wajar saja, karena dia adalah anak asuh baru di yayasan dan measih merasa asing denganku.

“ Heiii... Doni, sini gabung.... ngapain disitu sendirian.” Seru ku.

Lalu Doni pun berlari-lari kecil ke arah kami dengan tatapan yang masih malu-malu.

Tiba- tiba seorang lelaki tua berumur enam puluh tahunan keluar dari dalam yayasan, dengan kaos polo berwarna biru donker, kumis yang sudah sedikit beruban, dan kacamata baca yang sudah  sangat kusam. Pria yang sangat sederhana ini bernama Pak Joko, Beliau adalah  orang yang mencetuskan pembanguan yayasan ini. Awal pembangunan Yayasan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh uang pribadi milik Pak Joko. Dengan Bermodalkan gaji pensiunan sebagai Pegawai Negri di salah satu instansi pemerintah, beliau pun mulai menabung sedikit demi sedikit untuk membiayai segala keperluan untuk membangun sebuah yayasan peduli kanker. Setelah menabung beberapa waktu, tiga tahun lalu Impiannya untuk membangun sebuah  Yayasan dapat tercapai.

Sebenarnya tidak mudah bagi Pak Joko untuk mendirikan sebuah yayasan tanpa ada donatur tetap yang dapat membiayai segala kebutuhan Yayasan tersebut.  Sedangkan untuk para pasien yang tinggal yayasan, beliau tidak membebani biaya sepeserpun bagi mereka. Tujuan beliau membangun Yayasan tersebut adalah untuk meringankan beban para penyandang Kanker, Pak Joko justru  tidak ingin  memperburuk kondisi keluarga para pasien, jikah harus  membebani mereka dengan biaya administrasi dan sebagainya untuk tinggal di yayasan tersebut. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk menanggung semua biaya yayasan dengan  Uang pribadinya.

Pada Awal berdirinya yayasan ini, Pak Joko hanya mengurusnya berdua dengan istrinya, dibantu satu tenaga pengajar yang tidak lain adalah Ponakannya sendiri, yaitu Mbak Latifah. Namun, sekarang Yayasan tersebut sudah memiliki 11 orang Karyawan dan tenaga Pengajar. Semua Karyawan dan Tenaga pengajar bekerja berdasar Keiklasan hati dan kepudulian terhadap sesama, Semua keringat mereka hanya dibayar dengan Ucapan Trimakasih dan Pahala dari Yang Maha Kuasa. Karena Ketulusan hati dari Pak Joko dan Kawan – kawan disana, aku pun akhirnya mulai tergugah untuk membantu mereka, walaupun yang tak banyak yang bisa aku lakukan setidaknya aku sudah coba untuk membuat anak-anak disana  tertawa dan sedikit melupakan masalahnya.

 *Balik Ke Cerita*

Melihat Kedatangan Pak Joko, aku pun mendekatinya untuk menyalaminya dan kemudian menyapanya.
“Assalamualaikum Pak, Bagaimana Kabarnya?” 

“Wa’alaikumsalam Mas, Kok tumben jam segini udah sampai sini?” Jawab Pak Joko sambil merangkul Pundakku untuk mengajak masuk.

“Iya pak, Takut hujan kalau datang kesorean.” Jawabku

Aku pun melangkah masuk dengan pak Joko. Tepat di depan Pintu, langkahku terhenti kemudian aku memutar badan dan memanggil Aldy dan Dony.

“ Hei.... ayok masuk.....” Seru ku pada mereka.

Kemudian, mereka berdua pun berlari kearahku, lalu  menggandeng tanganku dan ikut masuk bersamaku dan Pak Joko. Tak lupa aku mencuci tangan ku, dan menggunakan masker sebelum masuk kedalam ruangan. Itu merupakanan peraturan yang harus ditaati oleh semua orang yang masuk dalam yayasan dengan tujuan agar para pasien tetap steril dari bakteri/virus yang kita bawa dari luar.

Kami pun sampai di sebuah ruangan berukuran tidak terlalu besar, terdapat beberapa anak lain yang sedang asyik dengan kesibukannya masing – masing. di pojok belakang, ada seorang  anak wanita yang nampak sedang asyik mewarnai sebuah gambar di selembar kertas HVS  berukuran A4. Anak tersebut bernama Sabrina, menggambar dan mewarnai adalah  kegemaranya. Dia adalah tipikal anak yang tak banyak bicara, namun dia adalah anak paling  bersemangat saat mendapatkan materi menggambar dan mewarnai saat jam belajar  di yayasan tersebut. Selain untuk tempat singgah dan membantu pengobatan, Yayasan tersebut juga mengadakan kegiatan pembelajaran bagi para pasien.

Selain Sabrina, masih ada beberapa sahabat kecil diruangan itu. Ada Kevin yang memiliki suara sangat merdu ketika bernyanyi, Taufan yang sangat suka sekali bercanda, dan juga ada si kembar Fina dan Fani. Sebenarnya diantara mereka berdua, yang mengidap penyakit kanker hanyalah Fina. Namun karena kesetiaan nya pada saudara kembarnya, Fani selalu menemani Fina dimanapun dia berada, baik saat dirawat dirumah sakit ataupun saat singgah di yayasan. Uniknya, walaupun sedang mengidap penyakit yang cukup serius, anak-anak disana tidak pernah merasa sedang sakit, mereka selalu terlihat bahagia dan tidak pernah merasakan beban apapun.

Diantara kegemberiaan para sahabat kecilku diruangan itu, setiap masuk dalam ruangan ini aku selalu  tertarik pada satu benda yang berada di belakang ruangan tersebut. Kami biasa menyebutnya dengan istilah “Pohon Impian”. Pohon Impian hanyalah sebuah pohon buatan yang terbuat  dari kayu dan plastik, namun sangatlah berarti bagi saya, pak joko, dan sahabat-sahabat kecilku. Ada berbagai catatan-catatan kecil yang di tulis disebuah kertas origami dan digantungkan menggunakan benang woll warna warni pada ranting-ranting pohon tersebut. Catatan-catatan tersebut berisi tentang cita-cita dan impian para pemimpi kecil kami di yayasan tersebut. Impian-impian seperti “Aku ingin sembuh” ; “aku ingin jadi dokter” ; ataupun “ Aku sayang mamah dan papah” tertulis dengan gaya tulisan yang menggemaskan. Bagiku, pohon impian adalah bukti bahwa setiap orang berhak mempunyai mimpi, dan  percaya dengan mimpi-mimpinya. Mungkin bagi sahabat-sahabat kecilku, mimpi-mimpinya itu  yang membuat  mereka tetap semangat dan bahagia menjalani hidupnya. Mereka tak lagi peduli seberapa lama lagi usianya< karena mereka punya satu mimpi yang mulia dan selalu bersemangat mewujudkannya.

Mari kembali lagi kita masuk dalam perenungan bersama. Sejauh mana kita sudah mendewasakan diri. Malukah kita melihat anak-anak kecil pecandang Kankr dengan kepercayaandirinya mengejar mimpi? Betapa mereka memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan mimpinya, tak peduli bahwa usianya akan berakhir kapan saja bahkan sebelum mimpinya diraih.

Bagaimana dengan kita...?


Komentar